Senin, 25 Juli 2011

bahasa yang ada di maluku

Bahasa yang digunakan di provinsi Maluku adalah Bahasa Melayu Ambon, yang merupakan salah satu dialek bahasa Melayu. Sebelum bangsa Portugis menginjakan kakinya di Ternate, bahasa Melayu telah ada di Maluku dan dipergunakan sebagai bahasa perdagangan. Bahasa Indonesia, seperti di wilayah Republik Indonesia lainnya, digunakan dalam kegiatan-kegiatan publik yang resmi seperti di sekolah-sekolah dan di kantor-kantor pemerintah.

Bahasa yang digunakan di pulau Seram, pulau ibu (Nusa Ina/Pulau asal-muasal) dari semua suku-suku di Provinsi Maluku dan Maluku Utara adalah sebagai berikut:
  • bahasa Wamale (di Seram Barat)
  • bahasa Alune (di Seram Barat)
  • bahasa Nuaulu (dipergunakan oleh suku Nuaulu di Seram selatan; antara teluk El-Paputih dan teluk Telutih)
  • bahasa Koa (di pegunungan Manusela dan Kabauhari)
  • bahasa Seti (di pergunakan oleh suku Seti, di Seram Utara dan Telutih Timur)
  • bahasa Gorom (bangsa yang turun dari Seti dan berdiam di Seram Timur)
Maluku merupakan wilayah kepulauan terbesar di seluruh Indonesia. Banyaknya pulau yang saling terpisah satu dengan yang lainnya, juga mengakibatkan semakin beragamnya bahasa yang dipergunakan di provinsi ini. Jika diakumulasikan, secara keseluruhan, terdapat setidaknya 132 bahasa di kepulauan Maluku, yakni:
  • Alune
  • Amahai
  • Ambelau
  • Asilulu
  • Babar Utara
  • Babar tenggara
  • Banda
  • Batuley
  • Barakai
  • Benggoi
  • Boano
  • Buli
  • Buru
  • Dammar Timur
  • Damar Barat
  • Dawera-Daweloor
  • Dobel
  • Elpaputih
  • Emplawas
  • Fordata
  • Hoaulu
  • Kadai
  • Kamarian
  • Kai Besar
  • Kai Kecil
  • Karey
  • Kayeli
  • Kisar
  • Koba
  • Kola
  • Kompane
  • Kur
  • Laba
  • Laha
  • Larike
  • Latu
  • Leti
  • Liana-Seti
  • Lisbata-Nuniali
  • Lisela
  • Lola
  • Lorang
  • Luhu
  • Luang
  • Melayu-Ambon
  • Melayu-Banda
  • Manipa
  • Manusela
  • Masela Tengah
  • Masela Timur
  • Masela Barat
  • Naka'ela
  • Nila
  • Nuaulu Utara
  • Nuaulu Selatan
  • Nusa Laut
  • Oirata
  • Pagu
  • Patani
  • Paulohy
  • Perai
  • Piru
  •  
  • Rumaolat
  • Roma
  • Sahu
  • Salas
  • Saleman
  • Saparua
  • Sawai
  • Seith
  • Selaru
  • Seluwasan
  • Sepa
  • Serili
  • Serua
  • Talur
  • Tarangan Timur
  • Tarangan Barat
  • Tela-Masbuar
  • Teluti
  • Teor
  • Te'un
  • Tugun
  • Tugutil
  • Tulehu
  • Wakasihu
  • Watubela
  • Wemale Utara
  • Wemale Selatan
  • Yalahatan
  • Yamdena
 

Kamis, 14 Juli 2011

MALUKU pulau rempah-rempah




Maluku memiliki nama asli “Jazirah al-Mulk” yang artinya kumpulan/semenanjung kerajaan yang terdiri dari kerajaan-kerajaan kecil. Maluku dikenal dengan kawasan Seribu Pulau serta memiliki keanekaragaman sosial budaya dan kekayaan alam yang berlimpah. Orang Belanda menyebutnya sebagai ‘the three golden from the east’ (tiga emas dari timur) yakni Ternate, Banda dan Ambon. Sebelum kedatangan Belanda, penulis dan tabib Portugis, Tome Pirez menulis buku ‘Summa Oriental’ yang telah melukiskan tentang Ternate, Ambon dan Banda sebagai ‘the spices island’.Pada masa lalu wilayah Maluku dikenal sebagai penghasil rempah-rempah seperti cengkeh dan pala. Cengkeh adalah rempah-rempah purbakala yang telah dikenal dan digunakan ribuan tahun sebelum masehi. Pohonnya sendiri merupakan tanaman asli kepulauan Maluku (Ternate dan Tidore), yang dahulu dikenal oleh para penjelajah sebagai Spice Islands.
Pada 4000 tahun lalu di kerajaan Mesir, Fir’aun dinasti ke-12, Sesoteris III. Lewat data arkeolog mengenai transaksi Mesir dalam mengimpor dupa, kayu eboni, kemenyan, gading, dari daratan misterius tempat “Punt” berasal. Meski dukungan arkeologis sangat kurang, negeri “Punt” dapat diidentifikasi setelah Giorgio Buccellati menemukan wadah yang berisi benda seperti cengkih di Efrat tengah. Pada masa 1.700 SM itu, cengkih hanya terdapat di kepulauan Maluku, Indonesia. Pada abad pertengahan (sekitar 1600 Masehi) cengkeh pernah menjadi salah satu rempah yang paling popular dan mahal di Eropa, melebihi harga emas.
Selain cengkeh, rempah-rempah asal Maluku adalah buah Pala. Buah Pala (Myristica fragrans) merupakan tumbuhan berupa pohon yang berasal dari kepulauan Banda, Maluku. Akibat nilainya yang tinggi sebagai rempah-rempah, buah dan biji pala telah menjadi komoditi perdagangan yang penting pada masa Romawi. Melihat mahalnya harga rempah-rempah waktu itu banyak orang Eropa kemudian mencari Kepulauan rempah-rempah ini. Sesungguhnya yang dicari Christoper Columbus ke arah barat adalah jalan menuju Kepulauan Maluku, ‘The Island of Spices’ (Pulau Rempah-rempah), meskipun pada akhirnya Ia justru menemukan benua baru bernama Amerika. Rempah-rempah adalah salah satu alasan mengapa penjelajah Portugis Vasco Da Gama mencapai India dan Maluku.
Kini sebenarnya Maluku bisa kembali berjaya dengan hasil pertaniannya jika terus dikembangkan dengan baik. Maluku bisa kaya raya dengan hasil bumi dan lautnya.

Jumat, 08 Juli 2011

benteng nassau



Benteng Nassau, dibangun oleh pemerintahan belanda di Banda Naira pada tahun 1608. Benteng Nassau ini didirikan oleh Laksamana Pieterszoon Verhoeven benteng nassau bersebelahan dengan benteng Belgica,Ia tiba di Banda Naira pada tanggal 8 April 1609 bersama tiga belas kapal ekspedisi yang diperintahkan de Heeren XVII.untuk memenangkan pulau-pulau penghasil cengkeh dan pala bagi VOC baik secara perundingan maupun kekerasan. Sebenarnya ada empat belas kapal yang bertolak meninggalkan Belanda. Namun satu kapalnya hilang di lautan dalam perjalanan menuju Maluku. Pemerintahan Belanda pada waktu mendirikan benteng ini dengan memanfaatkan bekas bangunan benteng yang pernah dibuat oleh Portugis pada tahun 1512.
Benteng ini dibangun dengan tujuan untuk menghadapi perlawanan masyarakat Banda yang menentang monopoli perdagangan pala oleh VOC.

Rabu, 06 Juli 2011

benteng belgika.



Menurut catatan sejarah, Gubernur Pieter Both membangun benteng tersebut pada Tahun 1611. Awalnya, bangunan itu memiliki dua gerbang. Sayangnya, sekarang tinggal satu pintu saja. Sementara satu tangga asli di pintunya telah hancur. Benteng Belgika merupakan bangunan berlapis lepa yang berbentuk segilima. Setiap sudut dinding benteng dibuat menjorok ke luar dan disebut bastion.

Bila memasuki bagian dalam, pengunjung dapat melihat 25 ruangan yang ukurannya berbeda dan dilengkapi jendela. Uniknya, halaman dalam seluruhnya ditutup dengan batu bata yang berwarna kuning. Keistimewaan lainnya, bagian halaman tengahnya memiliki dua sumur berbentuk persegi yang saling berhimpitan.

Benteng yang luasnya 3.600 meter persegi itu pernah dihuni sekitar 400 tentara Belanda. Konon, bangunan tersebut memiliki 58 buah meriam. Namun, saat ini tinggal tiga buah. Tepat di sebelah selatan -sekitar 150 meter-- dulunya terdapat sebuah benteng bernama Nasau yang ukurannya lebih kecil.

Senin, 04 Juli 2011

pok-pok.


POK-POK.
kendaraan tradisional yang menghubungkan pulau-pulau yang ada di banda neira.